Kepemimpinan

9 Alasan yang membuat karyawan berhenti kerja

Mungkin Anda sudah sering mendengar manajer mengeluh tentang karyawan terbaiknya yang selalu berhenti kerja, dan mereka selalu saja mengeluh tentang berbagai hal yang pada akhirnya mengganggu karyawan lain dan memutuskan untuk berhenti kerja.

Manajer seringkali menyalahkan masalah turnover yang terlalu tinggi kepada orang lain, sementara mereka mengabaikan akar permasalahan bahwa: mereka tidak meninggalkan pekerjaan mereka, tetapi mereka meninggalkan manajer mereka.

Sebetulnya hal ini dapat dengan mudah dihindari. Semuanya hanya membutuhkan perspektif baru dan usaha ekstra bagi manajer.

Pertama, mari kita sama-sama memahami sembilan hal terburuk yang dilakukan manajer yang membuat karyawan baik mereka berhenti kerja.

Atasan mereka memberikan terlalu banyak pekerjaan

Tidak ada satupun hasil yang baik jika Anda terlalu banyak memberikan pekerjaan kepada mereka. Sangat mudah bagi manajer untuk membuat karyawan terbaik mereka bekerja dengan keras dan banyak manajer yang jatuh ke perangkap tersebut. Membebani pekerjaan terlalu banyak pada karyawan membuat mereka bingung. Mereka akan merasa bahwa mereka diberikan hukuman untuk sebuah performa yang baik. Selain itu, membebani mereka pekerjaan secara berlebihan akan membuat mereka menjadi tidak produktif. Sebuah riset baru dari Stanford menunjukkan bahwa produktivitas per jam menurun ketika seseorang bekerja lebih dari 50 jam selama seminggu, dan kemudian produktivitas mereka menurun secara drastis ketika mereka bekerja lebih dari 55 jam.

Jika Anda memang mengharapkan karyawan terbaik Anda untuk bekerja lebih keras, maka Anda harus meningkatkan status mereka juga. Karyawan yang berbakat dapat melakukan pekerjaan lebih berat, namun mereka tidak akan dapat bertahan jika pekerjaan mereka mencekik mereka. Kenaikan gaji, promosi, mengubah jabatan merupakan hal yang dapat diterima ketika Anda ingin meningkatkan beban pekerjaan mereka. Jika Anda hanya membebani mereka dengan pekerjaan yang lebih banyak hanya karena mereka adalah orang-orang yang berbakat, tanpa mengubah satu hal pun, maka mereka akan mencari pekerjaan di tempat lain yang membuat mereka merasa lebih nyaman.

Karyawan merasa tidak diakui dan diberikan penghargaan atas kerja mereka

Memang sangat mudah untuk meremehkan kekuatan sebuah tepukan di punggung, terutama dengan orang-orang yang memiliki kinerja tinggi dan motivasi kerja tinggi. Setiap orang suka dengan pujian, terutama bagi mereka yang sudah bekerja dengan keras dan memberikan segala kemampuan mereka. Manajer harus berkomunikasi dengan bawahan mereka dan mencari tahu apa saja hal yang dapat membuat mereka merasa nyaman (bagi beberapa orang mungkin adalah kenaikan gaji, beberapa menginginkan pengakuan) dan kemudian berikan penghargaan tersebut atas suksesnya pekerjaan mereka.

Baca juga:  Cara agar karyawan tetap termotivasi

Atasan tidak peduli dengan karyawan

Lebih dari setengah karyawan yang berhenti kerja mengatakan bahwa mereka meninggalkan pekerjaan mereka karena hubungan mereka dengan atasan yang kurang baik. Perusahaan yang cerdas memastikan bahwa manajer mereka tahu bagaimana cara menyeimbangkan rasa profesional dengan rasa manusiawi. Orang-orang ini merupakan atasan yang selalu merayakan kesuksesan bawahannya, memberikan rasa empati mereka ketika ada bawahan yang sedang mengalami musibah, dan menantang orang-orang, walaupun itu merupakan sesuatu yang menyakitkan. Atasan yang gagal untuk mempedulikan karyawan mereka akan selalu mengalami turnover yang tinggi. Sangat mustahil bekerja dengan seseorang selama lebih dari delapan jam sehari, ketika mereka tidak memiliki rasa empati dan tidak peduli tentang apapun selain hasil kerja Anda.

Atasan tidak menghormati komitmen mereka sendiri

Membuat janji kepada orang-orang membuat Anda berada disebuah garis yang dapat membuat mereka merasa sangat senang atau membuat mereka berhenti bekerja. Ketika Anda sudah membuat komitmen dan menepatinya, maka Anda akan terlihat sebagai atasan yang dapat dipercaya di mata karyawan Anda, sebab Anda telah membuktikan diri Anda kepada mereka bahwa Anda merupakan orang yang dapat dipercaya dan terhormat (dua kualitas penting yang harus dimiliki seorang atasan). Namun, ketika Anda tidak menghormati komitmen Anda sendiri, maka Anda akan dianggap sebagai atasan yang tidak dapat dipercaya, dan mereka tidak akan menghormati Anda. Sebab, mereka akan berpikir bahwa jika atasan mereka saja tidak dapat menghormati komitmen mereka sendiri, mengapa kami harus menghormatinya juga?

Atasan merekrut dan mempromosikan orang yang tidak tepat

Karyawan yang baik dan pekerja keras ingin bekerja dengan pemikiran profesional. Ketika manajer mereka tidak bekerja keras dalam merekrut orang yang terbaik, maka hal tersebut akan membuat motivasi mereka menurun ketika mereka bekerja bersama dengan orang tersebut. Mempromosikan orang yang tidak tepat jauh lebih buruk lagi. Ketika Anda sedemikian keras hanya untuk mendapatkan promosi yang ternyata diberikan kepada orang lain akan membuat mereka merasa terhina. Sehingga tidak heran jika karyawan terbaik Anda berhenti bekerja.

Baca juga:  Apa itu sistem penghargaan (reward system)?

Atasan tidak memperbolehkan bawahan mereka untuk mengejar passion

Karyawan yang berbakan merupakan orang-orang yang penuh semangat. Dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengejar passion mereka, maka akan membuat produktivitas dan kepuasan bekerja mereka meningkat. Tetapi beberapa manajer menginginkan agar bawahan mereka bekerja dalam sebuah kotak yang kecil. Manajer seperti ini takut jika produktivitas mereka akan menurun jika dia membiarkan bawahan mereka memiliki fokus yang lebih luas dan mengejar passion mereka. Ketakutan ini tidak berasalan. Hasil studi menunjukkan bahwa orang-orang yang dapat mengejar passion mereka di lingkungan kerja memiliki pengalaman yang positif, dan pemikiran yang jauh lebih produktif dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja dalam lingkungan kerja normalnya.

Atasan tidak mampu mengembangkan keahlian bawahannya

Ketika manajer ditanyakan mengenai apa kekurangan mereka kepada karyawan, mereka selalu membuat alasan dengan menggunakan kata-kata seperti “kepercayaan”, “otonomi”, “pemberdayaan.” Hal ini sangat tidak masuk akal. Seorang manajer yang baik dapat menangani karyawan mereka dengan sangat baik. Mereka sangat memperhatikan karyawan mereka dan mau mendengar mereka secara konsisten dan memberikan umpan balik.

Ketika Anda memiliki karyawan yang berbakat, maka sudah tugas Anda untuk menemukan area di dalam diri mereka yang dapat mereka kembangkan sebagai keahlian tambahan. Seorang karyawan yang sangat berbakat memerlukan umpan balik, begitu juga dengan karyawan yang kurang berbakat, dan sudah tugas Anda untuk membantu mereka. Jika Anda tidak melakukan hal tersebut, maka karyawan berbakat Anda akan menjadi jenuh dan puas dengan diri mereka sendiri.

Atasan tidak memanfaatkan kreativitas bawahan mereka

Karyawan yang paling berbakat terus mencari hal-hal yang dapat mereka tingkatkan dalam pekerjaan mereka. Jika Anda mengambil kemampuan mereka untuk berubah atau mengimprovisasi sesuatu karena Anda sudah merasa nyaman dengan status quo, maka mereka akan membenci pekerjaan mereka. Mengurung keinginan mereka untuk berkarya tidak hanya membatasi mereka saja, tetapi juga membatasi Anda.

Atasan tidak memberikan tantangan

Atasan yang baik akan selalu menantang karyawan mereka untuk mencapai sesuatu yang terlihat sulit dicapai pertama kali. Daripada menciptakan sebuah rutinitas, meningkatkan tujuan, mereka menentukan tujuan yang lebih tinggi yang dapat mendorong karyawan mereka untuk keluar dari zona nyaman. Kemudian manajer yang baik tersebut akan membantu segala sesuatu yang dia bisa agar karyawan mereka berhasil. Ketika karyawan yang berbakat dan pandai melakukan pekerjaan yang terlalu mudah atau membosankan, mereka akan mencari pekerjaan lain yang dapat menantang diri mereka dengan kepandaian yang mereka miliki.

Related Articles

Back to top button