Karir

Mengapa jargon pada iklan lowongan kerja menakutkan bagi pencari kerja

Apakah Anda menggunakan jasa situs pencari kerja dalam memasang iklan lowongan kerja di perusahaan Anda? Nah, jika iya, maka Anda mungkin harus membuang jargon yang ada di lowongan kerja tersebut. Akronim dan jargon teknis bisa menjadi bahasa yang familiar bagi beberapa orang, tetapi bisa juga menjadi hal asing bagi banyak orang lain, terutama kaum muda (pencari kerja).

Sebuah studi yang dilakukan oleh Business in the Community and the City & Guilds Group meminta sekelompok anak berusia 16-24 tahun untuk menilai proses rekrutmen lebih dari 65 perusahaan. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa deskripsi pekerjaan yang membingungkan dan terlalu kompleks merupakan hambatan bagi kaum muda, sehingga jangan coba-coba menerapkannya pada iklan lowongan kerja Anda.

Perekrut mungkin merasa bahwa menggunakan bahasa semacam itu terlihat profesional, namun jargon yang tidak perlu membuat sesuatu yang sederhana menjadi terlihat kompleks. Dari CRO, KPI, hingga OTE hanya akan membuat para pelamar muda ketakutan. John Sweeney, yang berpartisipasi dalam penelitian ini menjelaskan:

“Semua orang di kelompok saya menyebutkan jargon ada dalam deskripsi pekerjaan. Itu merupakan hal yang tidak perlu atau hal-hal yang membingungkan… sebuah komunikasi yang buruk. “Salah satu pekerjaan tersebut adalah sekretaris pada entry level (level pemula), tetapi menggunakan banyak istilah industri, meskipun lowongan tersebut berada di entry level. Jika ini memang untuk entry level maka Anda tidak perlu menggunakan istilah-istilah yang membingungkan di sana. ”

John tidak sendiri, 66% peserta tidak mengerti posisi yang akan mereka lamar. Ketika sebuah deskripsi pekerjaan begitu penuh dengan jargon dan bahasa yang sulit, informasi inti yang sebenarnya menjadi hilang, sehingga pembaca tidak mengerti apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan itu. Hal ini akan membuat pencari kerja kehilangan kepercayaan diri untuk melamar pekerjaan yang tampaknya berada di luar jangkauan mereka.

Beberapa istilah yang paling membingungkan yang sering digunakan oleh perekrut untuk posisi entry level meliputi: “SLA”, “procurement” “KPI”, “compliance”, “merger dan akuisisi”. Cobalah Googling untuk mencari tahu istilah ini, saya tetap tidak memahaminya, pastikan penggunaan jargon dan bahasa teknis bukanlah ukuran kemampuan pencari kerja, dan hal tersebut tidak berfungsi sebagai penyaring untuk mencari talenta terbaik.

Selain jargon dan istilah teknis, hal lain yang membuat seorang pencari kerja takut untuk melamar pekerjaan adalah karena deskripsi pekerjaan yang tidak jelas. Terlalu banyak iklan pekerjaan yang menggunakan bahasa kompleks sebagai penghias suatu pekerjaan yang sebenarnya mudah.

Memang sebuah iklan bergantung pada copywriting yang efektif, tetapi apakah Anda akan pernah menjual burger dengan menggambarkannya sebagai sesuatu yang kompleks? Tentu tidak bukan, Anda tentu menggunakan bahasa yang dimengerti orang banyak.

Syukurlah, beberapa perusahaan memahami dan membuat perubahan yang dibutuhkan. Barclays termasuk di antara 65 perusahaan yang dinilai telah menghilangkan jargon dari posisi pekerjaan entry level mereka. Mike Thompson, Director Early Careers di Barclays Bank mengatakan:

“Setelah rekrutmen kami dinilai, kami membuat sejumlah perubahan tentang bagaimana kami menulis deskripsi pekerjaan untuk tingkat pemula, kami mencoba menghapus bahasa teknis yang tidak perlu. Penting agar kita melakukan ini untuk memastikan posisi yang terbuka dapat diakses oleh bakat yang lebih beragam dan membuat posisi kita menarik bagi kaum muda. Terkadang mudah sekali bagi seseorang yang sudah lama bekerja di suatu industri untuk melupakan bahwa ada banyak jargon yang terdapat di industri Anda. Itulah sebabnya kami berkomitmen untuk menghapus semua bahasa teknis dan jargon dari posisi entry level kami.”

Apakah Anda akan mengikuti perusahaan-perusahaan besar dalam meninggalkan jargon? Sangat penting bagi perekrut untuk menjauhi cara-cara lama yang bisa menghalangi Anda untuk mendapatkan bakat muda terbaik.

 

Related Articles

Back to top button