4 Kesalahan umum brand messaging
Pesan merupakan bagian penting dari branding. Pesan pemasaran Anda harus menangkap perhatian audiens Anda dan memaksa mereka (secara tidak langsung) untuk melakukan aksi, apakah mereka sedang berbelanja di toko, browsing di situs web Anda atau merekomendasikan produk Anda ke teman. Namun bahkan pemasar yang paling berpengalaman kadang-kadang berjuang untuk mengembangkan pesan yang efektif.
“Banyak komunikator lupa bahwa pesan besar dimulai dengan nilai-nilai dari audiens mereka, bukan produk mereka”, kata Whitney Greer konsultan branding dari perusahaan Brandularity. “Bila Anda tidak memperhatikan pada apa yang orang benar-benar peduli dan mempresentasikannya secara otentik, pesan Anda akan meleset dari sasaran.”
Berikut adalah empat alasan umum mengapa penyampaian pesan gagal, dan tips untuk menghindari kesalahan-kesalahannya.
Tidak Berbicara Mengenai Nilai Pelanggan
Terlalu sering, para pemasar berorientasi kepada pesan yang mereka yakini sebagai fitur yang paling penting dari produk atau jasa mereka, bukan melihat kepada apa yang sebenarnya penting untuk ditargetkan kepada pelanggan. Luangkan waktu untuk memahami pelanggan Anda dan nilai-nilai mereka, kemudian sesuaikan dengan pesan yang ingin Anda sampaikan.
Salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan mengenai nilai dari seorang pelanggan adalah meminta mereka untuk menyelesaikan survei singkat, baik di toko offline maupun online dengan menggunakan layanan seperti SurveyMonkey. Jika interaksi utama Anda dengan pelanggan terjadi lebih banyak di dalam toko, maka Anda bisa memuat survei Anda pada iPad / tablet dan meminta orang untuk mengisi survei tersebut pada saat pembayaran untuk mendapatkan diskon langsung.
Sebagai contoh, sebuah toko retail ban mungkin menggunakan survei di dalam toko untuk membandingkan nilai dari seorang pelanggan. Misalnya, toko mungkin menemukan bahwa biaya merupakan hal yang penting untuk pelanggan, namun “keluarga” dan “keamanan” adalah dua hal yang mereka nilai paling penting. Perusahaan kemudian bisa menggeser pesan dari “biaya terendah” untuk “menjaga keluarga Anda aman pada anggaran.”
Terlalu Mengandalkan Istilah
Semua orang ingin menjadi bagian dari tren utama, apakah itu menjadi perusahaan dengan “data besar”, “slow food” restoran atau “mompreneur”. Masalahnya ketika mengandalkan istilah-istilah ini untuk mendefinisikan pesan Anda adalah bahwa semakin populer istilah tersebut maka, semakin kecil dampak diberikan.
Ini bukan berarti Anda tidak dapat menggunakan istilah populer sama sekali. Cukup gunakan yang sederhana dan pasangan istilah tersebut dengan kata-kata yang membedakan Anda dengan kompetitor.
Sebagai contoh, perusahaan perawatan kulit alami TruKid melakukan pekerjaan yang besar menggunakan istilah “Sustainable” dalam pesan perusahaan sehingga akan terasa lebih otentik:
“TruKid nurtures kids through their daily play and is paving the way to innovative, sustainable body and hair care for the whole family – from babies to big kids!”
Gagal Membuat Pesan Anda Portable
Banyak perusahaan mengandalkan “word of mouth” untuk memajukan bisnis. Apakah pesan Anda cukup “portable” bagi pelanggan untuk dengan mudah menyebarkan berita?
Salah satu cara untuk memeriksanya adalah untuk mencoba memecah pesan Anda menjadi satu atau dua kalimat, seperti “logline” yang digunakan Hollywood dalam meringkas film atau TV plot (seperti “Seorang pria muda dan wanita dari kelas sosial yang berbeda jatuh cinta di atas kapal dalam sebuah perjalanan naas di laut.”) Jika Anda tidak dapat menceritakan pesan Anda dalam 50 kata, maka kemungkinan pelanggan Anda tidak akan dapat menangkap pesannya dengan baik.
Logline Anda harus memberikan orang gagasan mengenai apa yang Anda tawarkan dan Anda harus memberikan semacam kait untuk merangsang minat.
Setelah Anda memiliki logline, Anda harus berkolaborasi dengan bagian marketing untuk melakukan sebuah kampanye iklan dan memastikan bahwa pesan sederhana ini dapat ditangkap dengan jelas. Anda juga dapat menggunakan logline sendiri dalam materi pemasaran Anda, di situs web, social media, dan dalam percakapan dengan pelanggan maupun calon pelanggan potensial.
Lupa Meninggalkan Kesan
Sebagian besar hidup kita dihabiskan dalam mode “auto-pilot”, membuat keputusan berdasarkan kebiasaan, emosi dan insting kita. Jika Anda ingin menginspirasi mereka dengan pesan Anda – tanamkan bahasa yang sesuai dengan target market di dalam pesan yang Anda buat sehingga dapat menimbulkan kesan dan energi positif untuk menarik pelanggan.