5 Kesalahan umum marketing yang dilakukan CEO
Kebanyakan entrepreneur merupakan ahli di bidang software, hardware, atau hal tertentu pada bisnis yang mereka kejar. Kebanyakan dari mereka juga ada yang tidak seperti itu, namun mereka ahli dibidang marketing atau public relation. Sehingga pada akhirnya mereka melakukan kesalahan yang tidak mereka sadari.
Sebagai seseorang yang telah menjalankan perusahaan PR sendiri 18 tahun yang lalu dan telah menasihati startups yang tak terhitung jumlahnya, saya ingin berbagi lima kesalahan pemasaran yang sering dilakukan, kata Steve Cody.
Melihat kompetitor sebagai musuh
Jangan pernah berpikir kompetitor yang berada pada bisnis Anda sebagai kompetitor. Namun, lihat mereka sebagai sumber bisnis.
Ketika saya meluncurkan Peppercomm, saya tahu bahwa perusahaan barus saya bukanlah ancaman bagi raksasa industri saya, jadi saya membuat janji seorang CEO dari perusahaan besar untuk bergabung dan minum bersama saya. Tujuan saya ada dua, membuat mereka mengetahui bahwa saya memulai sebuah bisnis, dan meminta mereka untuk memberikan prospek untuk proyek yang mereka anggap nilainya terlalu kecil atau berpotensi untuk menimbulkan konflik. Beberapa kompetitor besar melakukannya dan akhirnya membuat saya mendapatkan pekerjaan bernilai ratusan ribu dollar dalam bisnis baru.
Saya berterima kasih pada kompetitor saya dengan menyebutkan nama mereka sebagai referensi pada awal pertemuan bisnis saya dan dengan sebotol anggur yang mewah.
Berpartner dengan organisasi amal yang salah
Kebanyakan startup percaya mereka akan baik–baik saja dengan melakukan hal yang baik, sehingga mereka berpartner dengan siapa saja atau organisasi amal nasional yang menghubungi mereka. Hal itu bisa jadi merupakan kesalahan besar.
Ada beberapa entrepreneur yang berpikir bahwa organisasi amal dan organisasi nirlaba sebagai partner bisnis strategis mereka. Kami pernah bekerja sama dengan gym yang berpartner dengan organisasi veteran. Tempat gym tersebut mendonasikan 10 sen dari pendapatan mereka sebagai ganti rekomendasi dari grup veteran kepada member. Sebut saja ini sebagai win–win partnership.
Percaya dengan self-promotion Anda sendiri
Kebanyakan startup percaya bahwa produk atau jasa mereka layak untuk muncul dalam majalah entrepreneur. Sejak awal mereka memulainya. Memang hal tersebut mungkin saja terjadi, katakanlah beberapa tahun kemudian. Namun hingga waktu tersebut datang, mereka harus menjaga publisitas dan marketing Anda dengan cara yang sama yang mereka lakukan pada bagian bisnis mereka.
Mulailah dengan menceritakan kisah Anda secara lokal, online, dan media tradisional. Kumpulkan testimonial dari pihak ketiga. Raih beberapa penghargaan industri. Kemudian, ketika Anda sudah membuktikan bahwa Anda memang melakukan hal yang spesial, minta tim PR Anda untuk menghubungi editor dari publikasi bisnis nasional. Tidak pernah ada jaminan, namun peluang Anda secara eksponesial akan lebih baik.
Salah memperlakukan media
Beberapa perusahaan dianggap penting oleh media, namun mereka jarang memperlakukan wartawan dengan rasa hormat seperti mereka memperlakukan pelanggan atau prospek besar mereka. Saya sudah sering hubungan berbagai media hancur bahkan sebelum mereka memulainya ketika entrepreneur sibuk dan memutuskan untuk membatalkan interview TV pada saat–saat terakhir. Kemudian, dia akan benar–benar panik ketika media TV tidak lagi tertarik pada perusahaannya.
Wartawan dapat menjadi bagian yang penting dalam membangun bisnis Anda. Perlakukan mereka sama dengan Anda memperlakukan manajer purchasing yang memiliki kontrak bernilai jutaan dollar. Jangan pernah membatalkan janji.
Terus mengubah strategi Anda
Banyak entrepreneur menjadi sukses karena mereka dapat melakukan multitasking. Itu merupakan hal yang sangat mengaggumkan dalam berbagai aspek manajemen, namun tidak dalam marketing komunikasi. Untuk menciptakan awareness, kredibilitas dan consideration, sebuah perusahaan startup harus menceritakan kisah yang jelas dan konsisten. Jadi, jangan terus mengejar objek baru yang terlihat menarik.