Inspirasi

Sovereign risk adalah: Pengertian, indikator, dan cara mengukurnya

Sovereign risk adalah risiko kredit yang melekat pada utang negara di mana pemerintah di suatu negara mungkin tidak akan mampu membayar utangnya.Hal ini terjadi karena pemerintah tidak memiliki kemampuan atau kemauan untuk melakukannya. Singkat cerita, ini adalah risiko gagal bayar pada utang negara.

Salah satu indikator utamanya adalah sovereign rating yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat internasional seperti Standard and Poor’s, Moody’s, dan Fitch Ratings. Peringkat tertinggi adalah AAA (setara dengan AAA oleh Moody’s), menunjukkan kualitas kredit yang tinggi dan risiko gagal bayar terendah. Contoh negara dengan peringkat AAA adalah Singapura, Swedia, Swiss, Australia, dan Kanada.

Secara umum, negara dengan peringkat BBB- atau lebih tinggi dianggap layak investasi. Sedangkan obligasi yang diterbitkan oleh negara dengan peringkat BB+ ke bawah merupakan obligasi spekulatif.

Mengapa sovereign risk itu penting?

sovereign risk memiliki implikasi luas bagi perekonomian. Ini dapat menyebabkan perubahan pajak, subsidi, atau peraturan, yang memperlihatkan kinerja banyak bisnis.

Misalnya, krisis di negara-negara Uni Eropa seperti Yunani dan Spanyol memaksa pemerintah di negara-negara tersebut untuk mengadopsi kebijakan penghematan. Untuk mengurangi tekanan pada akumulasi utang, mereka memotong program pengeluaran pemerintah, melakukan privatisasi, dan menaikkan pajak. Kebijakan ini menyebabkan permintaan agregat turun dalam jangka pendek, memaksa banyak bisnis untuk menurunkan tingkat produksi mereka dan melemahkan ekonomi.

Bank sentral juga mengontrol arus keluar modal untuk memitigasi nasabah mereka yang mungkin akan menarik uangnya dari sistem perbankan yang biasa dikenal sebagai bank run. Sebuah bank run dapat menyebabkan krisis dalam sistem keuangan.

Ketika pemerintah mencetak uang untuk membayar utang, itu mengarah pada hiperinflasi. Ini menghancurkan daya beli mata uang domestik. Orang-orang menjadi tidak percaya pada mata uang domestik. Mereka menjualnya dan menukarnya dengan mata uang yang lebih stabil seperti dolar AS. Akibatnya, nilai tukar domestik terhadap dolar AS turun.

Selain itu, sovereign risk ini juga dapat menular. Ketika satu negara mengalami krisis, maka hal ini dapat menyebar ke negara lain. Penularannya tinggi karena banyak negara yang terhubung satu sama lain, baik melalui transaksi keuangan maupun transaksi barang dan jasa.

Tingkat sovereign risk yang tinggi juga mempersulit penurunan suku bunga dalam perekonomian. Investor meminta premi yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko ini. Itu membuat biaya investasi lebih mahal untuk bisnis. Rumah tangga juga harus membayar suku bunga tinggi ketika mereka mengajukan pinjaman.

Mengukur sovereign risk

Ukuran risiko negara tercermin dalam peringkat negara yang diberikan oleh lembaga pemeringkat global seperti Moody’s, Standard and Poor (S&P), dan Fitch Ratings.

Peringkat sovereign mewakili peluang gagal bayar suatu negara. Semakin baik peringkat, semakin kecil risiko negara dan semakin rendah risiko gagal bayar. Di bawah ini adalah daftar peringkat kredit dari yang tertinggi (AAA) hingga terendah.

Moody S&P Fitch
Aaa AAA AAA
Aa1 AA + AA +
Aa2 A A A A
Aa3 AA− AA−
A1 A + A +
A2 A A
A3 A− A−
Baa1 BBB + BBB +
Baa2 BBB BBB
Baa3 BBB− BBB−
Ba1 BB + BB +
Ba2 BB BB
Ba3 BB− BB−
B1 B + B +
B2 B B
B3 B− B−
Caa CCC CCC
Ca CC CC
C C C
D D D

Peringkat BBB- hingga AAA termasuk dalam kategori layak investasi, menunjukkan kapasitas yang cukup untuk memenuhi kewajiban pembayaran. Sementara itu, peringkat di bawah ini (mulai dari BB+ hingga C) berada dalam kategori spekulatif, dan D default atau tidak layak investasi (karena kemungkinan gagal bayarnya tinggi).

Lembaga pemeringkat menilai risiko menggunakan beberapa indikator. Mereka mengevaluasi solvabilitas dan likuiditas negara, stabilitas politik negara, dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa variabel untuk mengukur risiko berdaulat:

  • Efektivitas kelembagaan
  • Struktur dan prospek ekonomi
  • Likuiditas eksternal dan posisi investasi internasional
  • Kinerja dan fleksibilitas fiskal
  • Fleksibilitas moneter

Efektivitas kelembagaan

Lembaga pemeringkat menilai bagaimana lembaga pemerintah dan pembuatan kebijakan memengaruhi fundamental ekonomi, mendorong pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan merespons guncangan ekonomi atau politik. Mereka juga mempertimbangkan transparansi dan akuntabilitas serta rekam jejak sejarah pembayaran utang negara.

Struktur ekonomi dan prospek ekonomi

Lembaga pemeringkat mengukur keragaman dan ketahanan ekonomi suatu negara. Apakah negara mengandalkan output komoditas, manufaktur, atau sektor jasa sebagai basis pertumbuhan ekonomi?

Selain itu, tingkat pendapatan adalah ukuran lain. Di antara indikatornya adalah PDB per kapita dan tingkat pertumbuhannya, yang menunjukkan kemakmuran negara dan secara tidak langsung mencerminkan potensi basis pembayaran pajak dan utang saat ini dan di masa depan.

Likuiditas eksternal dan posisi investasi internasional

Penilaian tersebut mencakup beberapa aspek, seperti status mata uang suatu negara dalam transaksi internasional, kemampuan perekonomian dalam menghasilkan mata uang asing, dan posisi aset dan kewajiban dalam mata uang asing dan lokal. Di antara indikatornya adalah neraca transaksi berjalan terhadap PDB, neraca perdagangan terhadap PDB, investasi asing langsung bersih terhadap PDB,

Kinerja dan fleksibilitas fiskal

Penilaian fiskal mencerminkan pandangan lembaga pemeringkat tentang keberlanjutan anggaran fiskal dan beban utang mereka. Mereka menganggap:

  • Fleksibilitas fiskal
  • Tren dan kerentanan fiskal jangka panjang
  • Struktur hutang
  • Akses ke keuangan

Potensi risiko yang timbul dari kewajiban kontinjensi

Beberapa indikator kedaulatan yang dipertimbangkan adalah perubahan utang bersih terhadap PDB, keseimbangan primer terhadap PDB, utang terhadap PDB, dan utang terhadap pendapatan.

Fleksibilitas moneter

Valuasi moneter mempertimbangkan pandangan lembaga pemeringkat tentang kemampuan otoritas moneter untuk memenuhi mandatnya dengan tetap menjaga keseimbangan ekonomi dan memitigasi guncangan ekonomi. Analisis tersebut meliputi penilaian terhadap rezim nilai tukar dan kredibilitas kebijakan moneter.

Rezim nilai tukar mempengaruhi kemampuan pemerintah untuk mengkoordinasikan kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sedangkan untuk mengukur kredibilitas kebijakan moneter, mereka melihat tren inflasi selama siklus ekonomi. Efektivitas mekanisme moneter terhadap perekonomian riil juga menjadi pertimbangan. Faktor lainnya adalah kedalaman dan diversifikasi sistem keuangan dan pasar modal.

Related Articles

Back to top button