Bisnis

5 Kebiasaan buruk yang dapat menghancurkan bisnis Anda

Salah satu peran penting yang harus Anda lakukan sebagai seorang entrepreneur adalah membuat keputusan. Mudah-mudahan, suatu saat Anda dapat bergantung pada tim penasihat dalam organisasi Anda untuk memberikan Anda informasi dan pilihan, namun apa pun konteksnya, keputusan akhir ada pada diri Anda. Anda akan bertanggung jawab untuk setiap arah dalam organisasi Anda dan membuat setiap keputusan penting dalam bisnis. Walaupun ini merupakan posisi yang dapat mengintimidasi, namun Anda harus tumbuh menjadi orang memiliki keahlian (membuat keputusan) tersebut.

Membuat keputusan sama seperti keahlian lainnya. Ketika pertama kali Anda menghadapinya, Anda mungkin tidak memiliki pengalaman yang cukup, dan sebagai hasilnya, kinerja Anda akan terkena dampaknya. Namun, jika Anda dapat mengurangi kebiasaan buruk Anda dan menggantinya dengan hal yang positif, Anda akan mendapatkan kesuksesan yang Anda impikan.

Berikut ini merupakan lima kebiasaan buruk dalam membuat keputusan, jika Anda melihat hal ini ada dalam diri Anda, carilah cara untuk menyingkirkannya.

Tidak melakukan riset

Riset seharusnya dilakukan sebelum Anda mengambil setiap keputusan, mulai dari memilih target audiens Anda hingga memilih karyawan yang ahli dalam layanan pelanggan. Waktu dan usaha yang Anda kerahkan ketika melakukan riset harus berbanding lurus dengan pengambilan keputusan.

Tentu saja, ada beberapa faktor yang harus Anda riset terlebih dulu sebelum mengambil setiap keputusan, termasuk keadaan lingkungan, potensi biaya, potensi resiko, hasil potensial, dan apa saja yang mungkin muncul dan memberikan dampak dari keputusan yang sudah Anda ambil sebelumnya. Ketika Anda sudah memiliki data di depan Anda, Anda akan dapat membuat keputusan yang lebih baik.

Mengambil keputusan berdasarkan insting

Tipe pengusaha seperti ini biasanya memiliki semangat yang tinggi, tapi umumnya tidak akan bertahan lama karena mereka tidak memiliki fondasi kuat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang entrepreneur. Bahkan bagi seorang entrepreneur yang logic, mereka memiliki masalah terhadap “insting” mereka. Memang pada beberapa kasus, insting Anda dapat membantu Anda untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang tersedia, tetapi Anda tidak bisa terus menerus bergantung terhadap insting Anda ketika mengambil keputusan karena suatu saat insting Anda bisa saja salah dan hal tersebut dapat berdampak bagi organisasi Anda.

Menunggu terlalu lama

Beberapa entrepreneur seringkali menghadapi pengambilan keputusan yang sulit dengan menundanya selama mungkin. Sebagai contoh, jika seorang entrepreneur  ingin memecat karyawan, biasanya mereka akan menunda hal tersebut karena ini merupakan keputusan yang tidak mudah, dan kemudian mereka menunggu hingga terus mendapatkan informasi yang dapat membuat mereka mengambil keputusan tersebut lebih mudah. Namun, ketika Anda menunda (mengambil keputusan untuk memecat), kerusakan yang dilakukan oleh karyawan tersebut akan terus bertambah dan ini bisa menyebabkan kerusakan yang fatal dalam perusahaan Anda.

Anda memang tidak harus selalu mengambil keputusan secara spontan, tetapi Anda juga tidak boleh menunda-nunda pengambilan keputusan jika masalah tersebut memang harus diselesaikan dengan cepat. Pada kebanyakan kasus, keputusan yang tidak ideal akan lebih baik daripada tidak ada keputusan sama sekali.

Bergantung pada orang lain

Sebagai pemimpin dalam perusahaan, Anda harus terbuka terhadap opini. Anda harus mendengar pendapat partner Anda, investor Anda, mentor Anda, karyawan Anda, bahkan teman dan keluarga Anda ketika mempertimbangkan pilihan untuk mengambil sebuah keputusan. Namun, Anda tidak boleh bergantung pada opini orang lain ketika Anda membuat keputusan.

Jika Anda meminta opini orang lain dan kemudian mengambil keputusan dengan cepat setelah mendengarnya, maka ini bisa jadi sebuah indikasi bahwa Anda terlalu bergantung pada nasihat dari luar. Ini adalah bisnis Anda dan Anda juga yang harus membuat setiap keputusan yang berhubungan dengan bisnis Anda.

Menghindari pengambilan keputusan yang menyakitkan

Ada beberapa keputusan menyakitkan yang harus Anda ambil sebagai seorang entrepreneur. Contohnya, Anda harus memecat karyawan, berpisah dengan partner Anda, memotong anggaran, menyerah terhadap produk Anda, dan lain-lain.

Seringkali, entrepreneur baru mengambil keputusan yang membuat mereka terhindar dari rasa sakit. Contohnya, mereka terus memproduksi produk yang jelas-jelas tidak dapat mereka jual hanya karena mereka tidak bisa mengakui bahwa mereka merugi. Menghindari keputusan yang menyakitkan untuk jangka pendek merupakan ide yang buruk. Seharusnya keputusan yang menyakitkan jangka pendek diambil demi kelangsungan bisnis Anda dalam jangka panjang.

Keputusan yang “baik” dan ”buruk” tidak dapat ditentukan berdasarkan hasil akhirnya. Sebaliknya, kualitas sebuah keputusan harus ditentukan berdasarkan jumlah dan usaha yang dilakukan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan definisi ini, sangat mungkin bahwa sebuah keputusan “buruk” dapat berakhir dengan hasil yang baik dan keputusan yang “baik” dapat berakhir dengan hasil yang buruk. Namun, dari waktu ke waktu, keputusan “baik” akan selalu mengungguli keputusan “buruk”, jadi Anda harus menghilangkan kebiasaan buruk ini dan secara konsisten mengikuti proses pengambilan keputusan yang masuk akal.

Related Articles

Back to top button